Investasi Pada Mimpi: Risiko Investasi Film Pendek dan Cara Meminimalisirnya

0
82

Di dunia investasi, film pendek sering kali dianggap sebagai anomali. Tidak seperti investasi tradisional yang jelas berorientasi pada keuntungan, film pendek biasanya dibuat untuk alasan yang lebih personal dan pragmatis—seperti tugas kuliah, mendukung teman, atau menjadi batu loncatan karier bagi filmmaker.

Untuk investor, keputusan ini biasanya berakar dari hubungan personal, keselarasan dengan tema film, atau keyakinan terhadap gerakan yang dibawa oleh proyek tersebut. Baik perseorangan, NGO, atau brand berlomba-lomba berinvestasi dalam film pendek untuk melebarkan sayap pengaruh mereka. Film pendek memiliki potensi memberikan manfaat non-finansial, termasuk membangun reputasi, memperluas jaringan, atau memperkuat positioning dalam komunitas kreatif atau marketing.

Sementara itu, mari jujur saja, investasi film pendek yang berorientasi finansial biasanya gagal karena lelah menunggu—menunggu menang, menunggu balik modal, apalagi menunggu untung. Tapi jika kamu hendak mencari uang dari film pendek, teruskan baca artikel ini. Itu ada di ujung artikel nanti. Sementara ini, tujuan artikel ini adalah: berinvestasi pada film pendek untuk membangun portofolio investasi, masuk ke sirkuit film pendek, dikenal dan mengenal banyak orang.

Seperti halnya investasi lainnya, risiko tidak dapat diabaikan. Untuk memahami dan mengelola risiko-risiko tersebut, metode pre-mortem bisa menjadi langkah awal yang efektif. Pre-mortem adalah metode di mana investor dan tim produksi membayangkan bahwa proyek telah gagal total, kemudian menganalisis penyebab kegagalannya. Dengan pendekatan ini, risiko yang tidak terlihat dapat diidentifikasi lebih awal, sehingga mitigasi dapat dirancang secara efektif.

Risiko Investasi Film Pendek

1. Tidak Ada Pengembalian Finansial Langsung

Film pendek jarang dirancang untuk menghasilkan keuntungan langsung. Tidak ada jalur distribusi besar seperti bioskop atau layanan streaming yang secara aktif membeli film pendek dalam jumlah signifikan. Kalaupun ada, biasanya mereka tidak mendukung marketing untuk filmmaker baru, jadi filmnya susah naik. Mereka, seperti layanan streaming lain, akan pilih kasih ke filmmaker yang sudah terkenal. Selain itu, kirim duitnya lama banget. Budget seringkali tertahan di administrasi.

Lomba, dana hibah dan hadiah festival tidak terjamin dan bahkan jika film tersebut memenangkan penghargaan di festival, hadiah uangnya sering kali hanya cukup untuk menutupi sebagian kecil dari biaya produksi.

Bagi investor, ini berarti investasi mereka kemungkinan besar tidak akan menghasilkan pengembalian finansial langsung. Maka, alasan investasi sering kali menjadi sesuatu yang lebih pribadi—seperti mendukung visi seorang teman, memperjuangkan tema tertentu, atau melihat potensi jangka panjang dari seorang pembuat film.

Jika sifatnya profesional seperti dari klien, tujuannya adalah branding atau penyebaran issue/kampanye, bukan langsung uang. Mengharapkan uang hadiah baik dari lomba atau festival seperti main judi. Berharap dari YouTube atau platform streaming juga butuh waktu lama. Tapi ada caranya untuk balik modal. Teruskan membaca!

2. Pasca-Produksi Panjang dan Tidak Pasti

Film pendek mungkin selesai syuting dalam waktu singkat, tetapi proses pasca-produksi sering kali memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Masalah teknis, keterbatasan dana, atau perubahan visi kreatif sering kali menyebabkan penundaan. Investor yang berharap proyek selesai sesuai jadwal mungkin merasa frustrasi jika tidak diberi informasi tentang perkembangan proses ini. Maka itu penting sekali untuk melihat kredibilitas filmmaker atau kelompok yang membuat filmnya. Tentunya jangan ragu untuk bertanya dan membuat meeting mitigasi proyek juga sudah terlalu lama mangkrak dengan produser. Kalau dia ghosting: BLACKLIST!

3. Risiko Keberhasilan Proyek

Keberhasilan sebuah film pendek tidak hanya bergantung pada kualitas cerita, produksi, tapi juga strategi distribusinya.  Tidak ada jaminan bahwa sebuah film pendek akan berhasil secara artistik maupun kritis. Bahkan film yang dikerjakan dengan baik dapat berakhir tanpa perhatian berarti karena kurangnya strategi pemasaran yang efektif atau karena tema film tidak relevan dengan audiens yang ditargetkan. Dalam sekali musim festival, misalnya, satu film pendek harus didistribusikan ke puluhan festival dan biasanya hanya beberapa yang menerima–bisa dihitung jari. Jika tidak ada badan atau departemen distribusi, serta modal uang dan waktu yang cukup, maka sebagus apapun filmnya, maka exposurenya akan kurang.

4. Transparansi dan Akuntabilitas

Ketika filmmaker atau tim produksi tidak memiliki sistem yang jelas untuk melaporkan penggunaan dana dan kemajuan proyek, ini dapat menciptakan masalah besar. Investor yang merasa tidak mendapatkan informasi memadai mungkin kehilangan kepercayaan, yang pada gilirannya dapat memengaruhi reputasi pembuat film atau tim produksi tersebut. Maka itu penting sekali untuk melihat di bawah bendera badan hukum apa seorang filmmaker berdiri. Kalau sangat independen alias anti-sosial, maka kemungkinan ia akan kelabakan membuat laporan tahunannya. Di MondiBlanc, dengan bendera Yayasan dan berpartner dengan usaha-usaha lain, laporan tahunan dilakukan demi keberlangsungan institusi–berapa banyak filmmaker dan investor pemula yang dapat nikmat ini?

5. Risiko Reputasi

Jika film gagal memenuhi ekspektasi atau menghadapi kritik tajam, hal ini dapat memengaruhi reputasi investor, terutama jika mereka secara terbuka mendukung proyek tersebut. Hal ini menjadi lebih penting ketika film membawa isu-isu sensitif atau kontroversial. Investor harus memperhatikan benar isu apa yang dibawa filmnya. Cek pitch deck atau proof of concept film tersebut. Minta tema atau kata kunci yang dipakai, agar nantinya tidak backlash. Dan tentunya, lihat reputasi filmmaker atau badan yang mendukung filmnya.

6. Kepatuhan Hukum dan Regulasi

Proyek film sering kali menghadapi risiko hukum terkait perizinan lokasi, kontrak kerja, atau penggunaan musik dan materi lain yang dilindungi hak cipta. Jika aspek-aspek ini tidak ditangani dengan benar, investor dapat terjebak dalam masalah hukum yang tidak diinginkan. Masalahnya ada dua: pertama pengetahuan kebanyakan filmmaker soal legal film pendek tidak banyak, dan itu karena masalah kedua: memang tidak ada legal yang detail soal film pendek. Jadi legalitas film pendek sangat tergantung dari surat perjanjian dan lembaga atau asosiasi yang menaungi filmmakernya. Tanpa asosiasi, maka legalnya lemah.

Cara Meminimalisir Risiko

1. Pilih Tim Produksi yang Solid

Hindari bekerja dengan individu yang bergerak sendiri tanpa dukungan tim yang jelas. Sebuah tim produksi yang solid menunjukkan profesionalisme dan stabilitas. Contohnya adalah MondiBlanc, komunitas yang telah berdiri sejak 2016 dan terus berkembang. MondiBlanc memiliki rekam jejak panjang dalam memproduksi film pendek, dengan lebih dari 90 karya sejak 2017. Dalam rekam jejak itu, tentunya MondiBlanc melakukan banyak kesalahan dan ketika ia bertahan berarti kesalahan-kesalahan tersebut berhasil dimitigasi.

Mithera (2022) Dir. Adinegoro Natsir, adalah salah satu film pendek MondiBlanc yang meraih banyak pujian dan penghargaan.

2. Evaluasi Portofolio

Portofolio adalah bukti kredibilitas. Kelompok seperti MondiBlanc Film Workshop memiliki portofolio yang mencakup berbagai film yang sukses baik dari segi produksi maupun distribusi. Beberapa karya mereka bahkan mendapatkan penonton yang signifikan di YouTube, seperti “Santri-Santri Silat” (220.000 penonton), “Cream Scene” (42.000 penonton), dan “Pontianak” (30.000 penonton). Angka-angka ini menunjukkan bahwa MondiBlanc tidak hanya memproduksi film, tetapi juga berhasil menarik perhatian audiens.

3. Perhatikan Kehadiran Digital

Kelompok yang memiliki situs web resmi dan jejak digital yang stabil selama bertahun-tahun menunjukkan kredibilitas. MondiBlanc, misalnya, aktif di media sosial seperti Instagram dan YouTube, yang memungkinkan mereka menunjukkan transparansi dalam kegiatan dan keterlibatan dengan komunitas mereka.

Sebatang Rokok Untuk Pacarku (2018) Dir. Nosa Nurmanda. Film ini tiba-tiba melambung tinggi di Desember 2024, dengan 14 ribu penonton Youtube dan 3 juta penonton reels dalam 2 minggu semenjak release ulangnya.

4. Fokus pada Pendidikan dan Proses Kreatif

Investasi pada film pendek idealnya juga mencakup dukungan terhadap proses kreatif dan pengembangan ide. Film-film pendek di MondiBlanc, misalnya, melewati proses pengembangan ide selama berbulan-bulan melalui workshop dan diskusi kelompok terarah (FGD). Hal ini memastikan bahwa setiap proyek memiliki dasar yang kuat dan tidak sekadar ide mentah yang langsung dilemparkan ke tahap produksi.

5. Pastikan Kepatuhan Hukum

Sebelum berinvestasi, pastikan bahwa tim produksi memahami dan mematuhi semua regulasi hukum yang relevan. Ini mencakup hak cipta, kontrak kerja, dan perizinan. Dengan kepatuhan hukum yang baik, risiko masalah hukum dapat diminimalkan.

6. Gunakan Pre-Mortem untuk Identifikasi Risiko Awal

Menggunakan metode pre-mortem untuk membayangkan kegagalan proyek dan mengidentifikasi potensi penyebabnya adalah cara yang efektif untuk memitigasi risiko. Langkah ini melibatkan semua pihak dalam menganalisis apa yang dapat salah, sehingga rencana pencegahan dapat dirancang lebih awal.

Cara cari untung langsung dari investasi film pendek

Seperti yang dijanjikan di awal artikel, ini adalah cara investor untung finansial langsung dari film pendek:

  1. Punya kanal marketing/distribusi sendiri. Sumber uang film pendek adalah dari kanal distribusi seperti ruang putar, atau platform streaming. Uang masuk dari jualan film di situ. Kamu bisa kasih modal ke filmmaker untuk bikin film yang kamu jual sendiri di venue kamu atau di platform kamu.
  2. Investasi film pendek yang banyak dan semuanya harus punya standar kualitas produksi dengan sasaran pasar yang berbeda-beda. Jika film yang kamu berikan investasi baru satu atau dua, kamu tidak bisa punya revenue stream.
  3. Investasikan uangmu ke lembaga yang memiliki sertifikat OJK atau semacamnya. Yang jelas sampai tahun 2024, lembaga pembuat film pendek, belum ada lembaga film pendek yang seperti itu. Jadi yang bilang bisa menjamin, biasanya bohong.
  4. Jadilah lintah darat. Banyak filmmaker muda bikin film pendek untuk mulai karirnya. Seperti pemerintah Amerika atau pinjol, carilah makan dari mimpi mereka. Pinjamkan uang dengan bunga, dan paksa mereka bayar atau ambil jaminannya. Yang jelas kalau kamu pengen cara ini, kami nggak mau kenal sih sama kamu.

Berat kan kalau mau langsung untung. Film pendek boleh pendek, tapi karirnya bisa panjang. Untung finansial yang lebih cepat bukanlah bikin film, tapi bikin konten.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here