Andreas Eko: Arsitek Visual dan Aktivis Pekerja Kreatif

0
36

Andreas Eko atau Andre Eijkov mungkin bukan nama besar di kalangan filmmaker mainstream, namun dalam komunitas film indie dan industri kreatif Jakarta (apalagi MondiBlanc), ia dikenal sebagai editor dan colorist berpengalaman sekaligus seorang aktivis. Perannya di balik layar tidak hanya sebatas merangkai gambar, tetapi juga memperjuangkan hak-hak para pekerja kreatif seperti dirinya yang sering kali tidak mendapatkan hak-hak dasar layaknya pekerja formal. Andre adalah salah satu editor pendiri MondiBlanc.

Perjalanan di Dunia Editing

Andre memulai karirnya sebagai desainer di tahun 2006 dan pada 2008 mulai merambah dunia editing, di mana ia menemukan kecintaannya dalam mengolah visual dan warna. “Saya awalnya ingin jadi sutradara, tetapi sebagai editor, saya menemukan bahwa saya bisa berperan besar dalam membentuk cerita,” ungkapnya.

Ia seringkali terlibat sejak pra-produksi untuk memastikan syuting berjalan lancar dan meminimalisir kesalahan teknis yang bisa memperumit proses editing. “Pekerjaan editor bukan hanya soal menyusun gambar di akhir. Keputusan visual seperti white balance, lighting, hingga exposure harus sudah jelas dari awal,” jelasnya. Dengan cara ini, Andre memastikan setiap shot dalam film memiliki alur visual yang halus dan konsisten.

Senjata Utama: Warna dan Teknologi

Bagi Andre, penggunaan warna dalam editing lebih dari sekadar teknik teknis. Koreksi warna (color correction) dan grading warna (color grading) adalah medium yang dia gunakan untuk membangun nuansa emosional dan menyampaikan informasi. “Dengan grading, saya bisa menambahkan nuansa emosional hanya dengan warna, dan itu bisa mengubah keseluruhan tone film,” jelasnya.

Meskipun teknologi seperti AI kini mulai mengambil peran dalam editing, Andre menekankan pentingnya pemahaman manual. “Kalau logikanya nggak paham, AI bisa malah merusak hasil. Teknologi hanya membantu, tapi kita yang mengarahkan hasil akhirnya,” tegasnya.

Momen Berharga: Dance Film dan Pengakuan Internasional

Di antara proyek-proyeknya, salah satu yang paling berkesan adalah film tari berjudu; “Five Stages of Grief, ” yang ia garap pada 2018-2019 dan mendapatkan apresiasi di berbagai festival film internasional di Belgia, Kolombia, dan Spanyol. Bagi Andre, pengakuan ini adalah bukti bahwa karyanya memiliki dampak tidak hanya secara lokal, tetapi juga global. “Rasanya seperti energi baru saat karya kita diapresiasi oleh audiens internasional,” tuturnya.

Editor dan Aktivis: Perjuangan untuk Hak Pekerja Kreatif

Namun, di balik prestasi artistik tersebut, Andre juga merupakan seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak pekerja kreatif. Sebagai seorang freelancer, ia sering mengalami ketidakpastian dalam hal upah dan kesejahteraan, terutama saat menjelang hari-hari besar seperti lebaran, di mana tidak ada jaminan THR (Tunjangan Hari Raya) bagi pekerja lepas. Berangkat dari pengalaman ini, Andre aktif dalam gerakan SINDIKASI, serikat pekerja media dan industri kreatif, untuk mendorong regulasi yang lebih adil bagi para freelancer.

Bagi Andre, bergabung dengan SINDIKASI adalah cara untuk melawan sistem yang seringkali tidak memberikan keadilan bagi para pekerja kreatif. “Sering kali, freelancer seperti saya tidak punya perlindungan hukum yang jelas, terutama dalam hal THR dan keamanan kerja,” ungkapnya. Melalui SINDIKASI, Andre dan rekan-rekannya berupaya memperjuangkan hak-hak pekerja di industri kreatif, agar mereka mendapatkan pengakuan dan hak yang setara dengan pekerja formal.

Pesan untuk Editor Muda: Jadilah Sutradara Kedua

Bagi para filmmaker muda yang ingin mendalami dunia editing, Andre memiliki pesan penting: “Editor itu sebenarnya sutradara kedua. Keputusan seorang editor bisa mengubah keseluruhan cerita.” Menurutnya, editor tidak hanya perlu menguasai software, tetapi juga memahami naskah dan proses produksi. “Jangan pernah merasa bahwa editing hanya bagian finishing. Kita yang memegang kendali terakhir atas cerita yang dilihat penonton,” tegasnya.

Dengan pengalaman lebih dari satu dekade, Andre Eko tidak hanya dikenal sebagai editor dan colorist berbakat, tetapi juga sebagai suara yang memperjuangkan hak-hak para pekerja kreatif. Bagi para filmmaker muda, Andre adalah contoh bahwa karir di industri kreatif tidak hanya tentang keterampilan teknis, tetapi juga tentang memperjuangkan lingkungan kerja yang lebih baik dan adil.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here