“Kapan orang tua kalian berubah jadi zombie?”, wawancara dengan penulis Red Smoke, Bagus Wijaya

0
51

Orang yang suka mengkhayal dan ngobrol ngalor-ngidul tentang film ini bernama Bagus Wijaya yang lahir di tahun 1999. Dia menemukan Mondiblanc karena melihat poster di Instagram tentang produksi film. Bagus masuk melalui jalur portofolio. Ia mengirimkan hasil tulisan cerpen dari blog, diseleksi dan akhirnya masuk buat jadi peserta FPS Scriptwriting. Sebagai peserta kelas scritwriting, Bagus tidak mengalami kesulitan ketika menjalani skema di FPS. Ia sebelumnya sudah sempat belajar menulis naskah, dan beberapa kali juga menulis naskah film pendek. Jadi buat format cukup paham. Dan Bagus juga sudah sempat belajar sendiri tentang struktur dan teori cerita. Tapi di FPS ini Bagus mendapatkan banyak ilmu baru seperti membedakan logline dengan premis, story beat dan character beat.

“Itu seru banget buat diikutin,” paparnya.

Writers Room FPS 2024.

Di bidang scriptwriting ini Bagus belum memiliki pengalaman banyak terkait kepenulisan, karena seringkali fokusnya memang menulis cerpen.

Naskah film Bagus berujudul Red Smoke, sukses membuat kagum assesor MondiBlanc, karena ide luar biasanya untuk membuat film zombie dengan wacana lokal yang personal. Idenya datang dari pengalaman personal Bagus sebagai anak terakhir yang sering banget merawat orang tua dan tinggal serumah sama mereka. Dari situ Bagus jadi sadar ada perbedaan POV antara anak-anak dalam merawat orang tua. Kenapa akhirnya dia jadiin orang tuanya zombie? “Soalnya gue suka banget sama cerita-cerita tentang drama manusia dalam situasi yang di luar nalar ala ala The Twilight Zone gitu, aneh aja jadi seru,” ucapnya saat di wawancara.

Sebenarnya film berjudul Red Smoke ini adalah film pertama Bagus, jadi dia harus belajar pelan-pelan untuk mencapai hasil yang baik tanpa harus ngorbanin visi yang dimau. Dan jujur cukup kesulitan buat menyampaikan visi Bagus ke sutradara dan produser karena tiap orang pasti datang dengan isi pikiran sendiri-sendiri. Apalagi itu film zombie, jadi butuh kerja ekstra untuk mewujudkannya. Kesan pesan dari Bagus selama menjalani program FPS ini adalah, “Seru parah! Orang-orangnya asik! Bukan cuma dari kelas Scriptwriting, tapi dari kelas-kelas lain pun asik-asik. Mentor-mentor juga enak diajak ngobrol. Dan aku suka dengan semua alur programnya soalnya terasa profesional banget,” ucapnya riang. 

Setelah berada di ujung pertanyaan, ada sedikit insight dari Bagus untuk teman-teman di luar sana yang sedang berjuang menggapai cita-citanya:

“Jangan pernah menyerah sama mimpi dan cita-cita, karena kadang mereka tidak tergapai langsung saat kita mau, tapi kalau kita terus menunggu dan tidak menyerah dengan waktu dan keadaan yang tepat, pasti bakal tercapai kok. Ini klise banget tapi emang benar seratus persen!” Bagus selalu berusaha buat tau dulu karakter produser dan sutradara, supaya komunikasinya lebih enak. Biasanya Bagus ajak ngobrolin film dan media favorit  biar tau selera masing-masing. Baru mereka ngobrolin visi buat filmnya. Oh, sama saling tau boundaries dari pekerjaan satu sama lain aja 🙂

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here