Asa Arjuna Asa: mencari diri lewat ekplorasi workshop MondiBlanc

0
81

Pertama kali Arjuna Asa, seorang calon filmmaker palugada, tahu dan ikut Mondiblanc adalah tahun 2018. Waktu itu ia menemukan postingan tentang kelas sinematografi yang diajar Luthfi Pradita. Arjuna dulu kuliah di bidang non-film dan memang sudah lama tertarik untuk mengeksplorasi dunia visual. Di situlah ia mengenal Mondiblanc sebagai komunitas yang membawakan banyak sekali ilmu dari berbagai departemen film.

Di tahun 2021, Arjuna menyelesaikan kelas panjang sinematografi dan menjadi salah satu sinematografer di film FASAD, yang disutradarai Dessy Okt, dan diproduseri Hendi Irnandi, salah satu scriptcont terbaik industri film Indonesia. Film ini diputar di layar komunitas JAFF di tahun 2023, dan sempat masuk di Bioskop Online di tahun yang sama.

Di FPS 2024, Arjuna mencoba bergabung dengan workshop keaktoran Filmmaker Professional Support (FPS), sebuah program panjang MondiBlanc untuk membantu sineas muda mempertajam skill mereka. Seperti calon peserta lain, Arjuna melewati tahap seleksi dimana ia harus mengirimkan contoh video aktingnya dan ia berhasil menembus seleksi tersebut.

Namun ia merasa belum percaya diri. Ia merasa masih eksplorasi dan mencari-cari pendekatan apa yang cocok atau tidak cocok untuknya. Mungkin kesulitannya adalah ketika trial-and-error dan hasil performance aktingnya ia rasakan tidak selalu baik.

“Kesulitan secara internal jadinya, kayak overthinking hahaha,” katanya.

Ketika belajar di FPS 2024 MondiBlanc, Arjuna merasa beruntung karena mentor-mentornya sangat supportif dan insightful. Mereka banyak memberikan tips dan selalu terbuka untuk diskusi. Apalagi ketika Putri Ayudya, sebagai aktor dengan jam terbang yang banyak, berbagi pengalaman dan studi kasus. Selain itu, teman-teman di kelas juga seru kalau diskusi dan berproses bersama.

Salah satu tantangan terbesar Arjuna kemarin adalah ketika dapat naskah untuk tugas proof of concept film pendek bergenre komedi. Arjuna sempat salah pendekatan sehingga merasa kurang bisa mendekati karakternya. Setelah berkonsultasi ke mentor, ia berhasil mendapatkan perspektif yang menarik yang bisa dia terapkan ketika syuting. Hasilnya, pada simulasi pitching forum di Heha Swan Studio 28 Juli lalu, film pendek Arjuna sukses membuat penonton terbahak-bahak.

Arjuna Asa dan Avigayil Enautozoe dalam film pendek “Situationship” produksi FPS 2024 Workshop. Ketika tulisan ini dibuat, film masih dalam pengembangan.

Kembali ke Akting

Pengalaman akting Juna dimulai ketika Arjuna masuk teater di SMA, namanya Teater Cahaya. Itu adalah titik pertama perkenalan Arjuna dengan akting dan proses latihannya. Lebih tepatnya acting for stage. Setelahnya itu, ia aktif berteater semasa kuliah di Teater Paradoks, teater kampus FISIP UI. Setelah lulus kuliah, Arjuna sempat vakum di dunia keaktoran karena dia lebih fokus eksplorasi di dunia fotografi.

Nah, di tahun 2023 adalah salah satu titik awal Arjuna kangen lagi ke dunia keaktoran. Waktu itu akhirnya dia ikutan kelas akting di Teater Pandora selama beberapa bulan. Dari situlah dia merasa, “oke aku pengen banget akting lagi!”.

Di situ lah Arjuna mulai coba cari-cari info casting dan coba-coba lagi untuk masuk ke dunia keaktoran.

Di tahun 2023, Arjuna mendapat tawaran untuk jadi aktor di video musik Hindia yang judulnya Perkara Tubuh.

Di situlah pertama kalinya Arjuna jadi aktor untuk video musik. Setelahnya ia dapat tawaran jadi aktor di video campaign untuk Kitabisa.com. Di akhir tahun 2023, Arjuna main film pendek untuk tugas anak IKJ menjadi supporting role, berjudul Dalam “Dalam Tatapan Ayah.”

Arjuna merasa ia aktor yang sangat pemula. Ia merasa masih perlu banyak belajar. Namun menurut para Mentor di kelas keaktoran, Arjuna adalah salah satu aktor terbaik angkatan ini di MondiBlanc.

Memasuki Indonesiana dan JAFF sebagai Sutradara

Tahun ini Arjuna mulai eksplor kembali penyutradaraan dan penulisan. Ia mencoba memasukkan proposal film pendek ke Indonesiana dan terpilih dalam 10 proposal yang akan diproduksi tahun ini. Film pendeknya akan ditayangkan pertama kali di JAFF 2024 akhir November ini dengan judul Darah Ksatria yang disutradarai Arjuna bersama Widya Arafah.

“Kemarin itu tahapan Indonesiana kita disuruh submit deck cerita dan draft naskah filmnya. Setelah itu kami menunggu hasil pengumuman. Awalnya shortlist 75 besar. Lalu shortlist 25 besar. Ketika masuk 25 besar, kami dapat kelas workshop penulisan bersama New York Film Academy. Setelahnya kami ada pitching proposal, baru kami mendapat kabar bahwa proposal kami masuk 10 besar,” ceritanya panjang lebar.

Arjuna merasa sangat beruntung bahwa proses Indonesiana tidak bentrok dengan jadwal kelas akting FPS, dan ia bahkan sempat berdiskusi dan mendapatkan peer review dengan bang Nosa Nurmanda, pengajar scriptwriting dan executive producer di MondiBlanc untuk filmnya tersebut.

Ada irisan materi-materi di kelas FPS akting terkait bedah karakter yang dia pakai. Di FPS peserta keaktoran diajarkan membedah karakter dan menganalisa naskah. Ini membuat Arjuna lebih peka dan kritis terhadap naskah yang diberikan kepadanya.

Kesimpulan

Ada beberapa pesan dari Arjuna untuk kalian yang sedang meniti karir.

Pertama, kalau punya keresahan terhadap sesuatu, coba tuangkan ke dalam medium kesenian yang kalian sukai atau ingin kalian eksplor. Curahkan apa yang kalian rasakan. Write it down di tempat kalian mencatat ide-ide. Setiap orang punya cerita dan suaranya masing-masing. Tanyakan kepada diri kalian: Why this project/story? Why now? Why is it important? Atau bahkan why you? Ini sebuah proses harus kamu lakukan dengan diskusi bersama tim dan orang-orang yang dapat membantu ide kamu.

Karena itulah, penting untuk mencari teman-teman yang bisa diajak untuk diskusi dan berbagi visi. Jangan takut untuk minta bantuan dan konsultasi ke orang-orang di sekitar yang dipercaya. Tanya feedback dan minta kritik serta saran melalui diskusi.  Capek dan godaan untuk menyerah sangat wajar karena memang sulit untuk bisa berkarya di tengah banyaknya tuntutan kehidupan. Tapi yang harus dipelajari bukan belajar berhenti, tapi belajar rehat. Selagi rehat, pelan-pelan bersiap seraya memulai kembali yang tadi ditinggalkan.

Terakhir, ini juga klise tapi penting: selalu ada ilmu di setiap pertemuan dan di segala hal yang meliputi kehidupan. Tidak mesti dari kelas-kelas formal tapi juga pertemuan-pertemuan informal dengan orang lain bisa jadi sumber pembelajaran.

Mungkin seringkali kalimat kayak gini mengarahkan kita untuk terus belajar peka dengan apa yang ada di sekitar kita?

Let’s try our best!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here