Putri Ayudya, aktor yang berperan di lebih dari 50 film panjang dan pendek, sudah mengajar di MondiBlanc semenjak tahun 2018. Ia membuat Lab Acting MondiBlanc, yang beranggotakan para aktor senior yang sudah mapan dan aktor junior yang baru memulai karir mereka. Karir akting dalam film Putri melejit bersamaan dengan karir akademiknya sebagai dosen di salah satu sekolah film ternama di Indonesia, serta jam terbangnya sebagai manager, acting coach, dan aktivismenya bersama berbagai instansi pemerintah yang menyangkut kebudayaan, bencana alam, dan keamanan nasional. Selain itu, di Mondi, Putri yang berlatar belakang psikologi juga membantu membuat Crisis Center, sebuah departemen untuk menangani krisis profesional dan personal produksi dan workshop.
Kali ini saya, kepala Sipir Mondi, mewawancara Putri dengan singkat dan padat, untuk bicara soal metodologi keaktoran yang sedang ia kembangkan. Tulisan ini penting untuk mereka yang sedang membangun portfolio akting, penyutradaraan dan penulisan dan sedang membangun roadmap karirnya; atau mereka yang sudah established sebagai filmmaker untuk menambah referensi keaktoran Indonesia-nya.
Bagaimana kamu menggabungkan pengalaman dalam teater dengan industri film Indonesia dalam pengembangan metode keaktoran?
Film memiliki keunggulan pada intensitas (kedalaman) dan teater pada proyeksi (pembesaran), saya melihat keduanya sebagai bagian yang saling melengkapi. Latihan-latihan keaktoran di teater sangat baik untuk menciptakan energi yang besar, stamina, dan konsistensi dalam peran. Teknik dan tools ini saya gunakan untuk mencipta karakter di film.
Apa yang membuat metode keaktoran kamu berbeda dan unik dari yang lain, dan bagaimana kamu menerapkannya dalam kelas acting yang kamu ajar?
Tak ada yang baru di bawah langit yang sama. Perbedaannya hanyalah bagaimana saya melihat berbagai hal dan ini yang saya transfer dengan istilah sharing. Semua materi di kelas akan berkaitan dengan insight saya selama proses belajar. Saya sering merasa out of place dulu karena sulit menangkap kiasan, sulit duduk diam, dan lambat menerima pelajaran. Saya butuh struktur berpikir dan praktek yang banyak. Dalam perjalanan saya menemukan shortcuts untuk bisa memahami cara kerja kehidupan dan industri. Saya kira, bila saya merapikan pola berpikir dan mendeliver materi dengan terstruktur, saya bisa membantu orang lain seperti saya. Disamping itu, karena referensi yang saya temui banyak dari Stanislavsky dan (saat ini) sedang mandalami Meisner, materi saya berpusat pada dua hal tersebut.
Dengan pengalaman kamu dalam lebih dari 50 film, apakah ada prinsip atau teknik khusus yang kamu anggap paling penting bagi seorang aktor, dan bagaimana kamu mengajarkannya kepada muridmu?
Beberapa prinsip yang kupegang teguh adalah:
- Prinsip pengumpulan data psikologi melalui observasi dan wawancara.
- Prinsip utama Meisner : really doing, working for other person, let other person to affect us fully, dan finding meaningful & specific points of view.
- Kompleksitas dan keutuhan karakter. Seperti nasihat Rukman Rosadi, salah satu aktor dan acting coach terbaik di Indonesia: kompleksitas dan keutuhan karakter sangat penting, sama pentingnya dengan pintu masuk dan pintu keluar yang jelas.
Insight-ku dalam hidup : kalau kita nggak punya, kita nggak bisa bagi. Jadi, latihan, latihan, latihan, dan latihan. Ini caranya kita mendapatkan cukup daya untuk bisa dibagi ke rekan bekerja dan penonton.
Bagaimana kamu membantu aktor yang kamu ajar untuk mengatasi tantangan khusus yang mungkin mereka hadapi dalam berkembang sebagai aktor di Indonesia?
Aku selalu encourage teman-teman untuk really doing, mencoba, mengalami, gagal, dan berhasil, dan gagal kembali, belajar, mencoba, berhasil, gagal lagi, dan begitu seterusnya. Aku percaya bahwa teori sebagai kerangka berpikir perlu dimiliki dan sama pentingnya dengan praktek untuk bisa menggunakan teori tersebut. Aku juga selalu menekankan, film, panggung, bukan hidup kita. HIdup kita adalah hidup kita. Segala hal yang terjadi di luar panggung: mengurus keluarga, merawat pertemanan, membayar tagihan, mengikuti casting, membaca kontrak, menagih hak, menjaga kesejahteraan tubuh dan mental, etc. Itu semua adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang aktor. Work-life balance bukan hanya ada di kolom tips buat aktor tapi sebuah keharusan.
Dalam pekerjaan keaktoran, kita berada dalam wilayah terbuka. Pagi ini saya baru mendengarkan (podcast) eps. 4. Let’s Talk Acting dengan Diego Casanova dan Nancy Mcnulty dan saya suka sekali kalimat ini: ‘menjadi rapuh (vulnerable) bukan berarti kita tidak aman’. Dan ini adalah kemampuan aktor yang harus diasah terus-menerus. Di luar itu saya juga selalu terbuka untuk semua murid bertanya atau berdiskusi meskipun di luar kelas. Gaya pengajaran saya akan lebih terasa seperti mentorship dan facilitating.
Apakah ada proyek film atau teater tertentu yang menginspirasi kamu dalam pengembangan metode keaktoran kamu, dan bagaimana kamu berbagi wawasan dari pengalaman tersebut dalam kelas acting? Mungkin bisa jelaskan sedikit rencanamu soal kelas PASca, kelas yang akan kamu buka di Lab Acting MondiBlanc bulan Oktober ini?
Yes. Setiap project! Setiap project SELALU memberi saya trick baru dan pelajaran baru untuk saya. There is always something new to learn or giving you enough lesson if you pay enough attention. Biasanya saya menceritakan ini sebagai contoh kasus, tentunya yang tidak melanggar NDA (Non-Disclosure Agreement) ya.
Untuk kelas PASCa, saya akan membagi kelas dalam topik-topik penting, dan menganalisanya bersama partisipan kelas dari sudut pandang dan interpretasi saya. Akan ada beberapa tools keaktoran yang kita gunakan dan saya bagikan sepanjang pengetahuan saya. Kelas akan penuh dengan interaksi dan student-centered.
I know the class name is Putri Ayudya Sharing Class. But the class is not about me. It’s about the love to be connected. So, let’s talk, listen, and act!
**
Kelas PASca masih membuka pendaftaran tanpa seleksi masuk. Klik tombol di bawah untuk mendaftar!