A Prayer: Mencari Pencerahan dalam Tragedi

0
158

Film pendek dokumenter “A Prayer” karya sutradara muda Ibara Baiano Lanjare membawa penonton dalam perjalanan inspiratif yang mengangkat resiliensi dan perjuangan seorang Ahmadi di tengah tekanan sosial.

Dalam dunia perfilman, film dokumenter adalah genre yang merekam realitas dan fakta dengan tujuan memberikan pandangan yang faktual dan menggugah. “A Prayer” adalah sebuah contoh mencengangkan dari jenis film ini. Melalui perjumpaan dengan Ahmad Masihuddin, seorang Ahmadi penyintas kekerasan agama, Ibara menemukan inspirasi untuk mengangkat isu penting ini.

Ketika ditanya tentang tujuan film dokumenter, Ibara mengungkapkan bahwa ia ingin menyampaikan pesan tentang resiliensi dan kemanusiaan. Film ini adalah suara bagi mereka yang mungkin sering terpinggirkan dalam masyarakat. Dalam film ini, Ibara ingin menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh kelompok Ahmadi di negara yang seharusnya menjamin kebebasan beragama.

Proses pembuatan “A Prayer” tidak mudah. Terbatasnya anggaran dan perbedaan pandangan dari kru film adalah hambatan yang harus diatasi. Namun, dengan tekad dan semangat, Ibara berhasil menjaga visi filmnya tetap hidup. Ini adalah bukti nyata dari dedikasinya untuk menghadirkan cerita yang kuat kepada penonton.

Behind The Scene “A Prayer”, dokumentasi filmmaker.

Dalam film ini, Ibara berhasil menyajikan narasi yang kuat dan berfokus pada kisah nyata. Meskipun memiliki batasan waktu, “A Prayer” mampu menggambarkan perjalanan seorang Ahmadi yang teguh dalam keyakinannya, menghadapi ketidakpastian dan tekanan dari lingkungan sekitarnya.

Menariknya, “A Prayer” tidak hanya berkisar pada pengalaman pribadi. Film ini memiliki potensi untuk mengubah pandangan orang tentang Islam Ahmadiyah. Ibara merasa paling berkesan ketika penonton yang awalnya skeptis mengenai kelompok tersebut mulai membuka pikirannya. Ini adalah bukti kekuatan film dalam mempengaruhi opini dan perspektif.

Proses pembuatan “A Prayer” tidak datang tanpa tantangan. Tantangan utama muncul dalam bentuk keterbatasan anggaran dan perbedaan pandangan. Meskipun menghadapi hambatan tersebut, Ibara Lanjare berhasil mempertahankan visi filmnya. Dengan dorongan dari orang-orang di sekitarnya, film ini akhirnya melahirkan cerita yang menggugah dan penuh inspirasi.

Dalam pandangan Ibara, film dokumenter adalah wadah ideal untuk berbicara tentang isu-isu penting. Dia melihat masa depannya sebagai pembuat film tetap fokus pada medium ini. Melalui karya-karya mendatangnya, ia ingin terus memberikan suara kepada mereka yang sering kali tidak terdengar dalam sorotan utama.

Ketika menciptakan film ini, Ibara terinspirasi oleh karya Inshaallah Montero, seorang pembuat film Filipina, serta bimbingan dari mentornya, Nosa Normanda. Ia menerapkan pendekatan sederhana dalam pengambilan gambar dan suara, namun mampu menciptakan kesan yang kohesif.

Secara keseluruhan, “A Prayer” bukan hanya sebuah film pendek dokumenter. Ia adalah cerminan dari tekad dan semangat Ibara untuk memberikan suara kepada yang terpinggirkan, serta mengajak penonton merenung tentang toleransi, respek, dan keberanian dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Film ini telah masuk official selection di Indonesia Raja Jawa Barat 2023, dan akan diputar dalam Minikino Film Week 2023 di Bali nanti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here