Backstage: Mengelola Kreativitas dan Seni di Asia Tenggara

0
26

UNESCO mewawancara MondiBlanc Film Workshop di tahun 2019, untuk melihat mode pendidikan dan managemen komunitas film di Indonesia. PDF buku ini bisa kamu dapatkan di sumber utamanya dalam 5 bahasa di website resmi UNESCO (https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000375664) , atau klik di link ke google drive mondi ini (drive buku Backstage: Mengelola Kreativitas dan Seni di Asia Tenggara).

Berikut adalah sambutan dari Direktur UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education, Shigeru Aoyagi:

Asia Tenggara adalah sebuah kawasan yang kaya akan keragaman budaya dan dinamis dalam kreativitasnya. Ada potensi besar bagi negara-negara di kawasan ini untuk memanfaatkan sumber budaya dan generasi muda yang dinamis dalam menyiapkan diri menuju ekonomi kreatif dan menyadari sepenuhnya peran dari kebudayaan
dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Publikasi ini, Backstage: Managing Creativity and the Arts in South-East Asia, menggunakan temuan-temuan dari penelitian
UNESCO terbaru mengenai sektor kreatif di sembilan negara Asia Tenggara (Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam), yang melibatkan survei kuantitatif, wawancara mendalam dan analisis kebijakan.

Publikasi ini memaparkan lingkungan kebijakan di mana sektor kreatif beroperasi, menunjukkan kesamaan dan perbedaan di seluruh negara di kawasan ini, dan secara jelas mengidentifikasi area-area di mana pertukaran (berbagi dan belajar dari satu sama
lain) dan perkembangan lebih lanjut dapat direncanakan untuk memaksimalkan potensi dalam sektor ini.

Namun, publikasi ini bukan hanya suatu tinjauan terhadap kebijakan yang ada. Publikasi ini juga menceritakan kisah-kisah dari dua puluh sembilan organisasi di seluruh kawasan yang berada di garis depan dalam memajukan sektor ini.

Sebagian besar adalah organisasi kecil dan menengah yang bergantung pada dukungan keuangan eksternal dan pada sumber daya para pendiri dan pemimpin mereka. Meskipun organisasiorganisasi tersebut mungkin menghadapi batasan tertentu dalam strategi dan kapasitas, dan berbeda-beda dalam hal tantangan yang mereka hadapi saat mengakali lanskap kebijakan yang kompleks dan terkadang belum berkembang, mereka sama-sama memiliki ambisi besar untuk mencapai keberhasilan dan berkomitmen penuh untuk mendukung sektor kreatif di negaranya serta menjadikannya berwarna.

Ketika kami mulai penelitian pada tahun 2019, kita tidak mengira dunia akan mengalami kejutan besar pada tahun 2020. Pandemi COVID-19 telah berdampak parah pada sektor kreatif, dan para peneliti kembali pada organisasi- organisasi yang berpartisipasi untuk mempelajari tentang dampak itu. Oleh karena itu, meski publikasi ini sebagian besar berfokus pada lingkungan operasional organisasi saat ini, wawancara tambahan menunjukkan bahwa krisis ini menambah beratnya tantangan yang dihadapi oleh sektor kreatif. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa sektor ini semakin membutuhkan dukungan untuk menghidupkannya kembali dengan segera.

Saya berterima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam mempersiapkan publikasi ini, yang menyajikan salah satu studi komprehensif pertama tentang sektor kreatif di Asia Tenggara. UNESCO akan terus terlibat dalam sektor ini berdasarkan kerangka Konvensi Perlindungan dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya tahun 2005 dan kami menantikan kolaborasi selanjutnya dengan Anda.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here