ISOMAN DIJAMIN TEMAN: SEBUAH TUTORIAL

0
203

Ini adalah simpulan dari penelitian yang saya lakukan dalam waktu satu bulan terakhir. Untuk data etnografi dan statistik, bisa diklik di link ini, dalam tulisan saya yang berjudul, “Mencari Teman Menjamin ISOMAN.” [Jika belum bisa diklik berarti belum saya upload]

Sejak dua minggu lalu saya mulai menyebarkan video Patron-Pasien berikut:

Video ini bertujuan supaya rakyat kebanyakan bisa begerak sendiri menolong sesamanya, tanpa hierarki atau perintah terpusat, tanpa saling tunggu koordinasi, namun terhubung dalam sebuah kolaborasi yang sudah ada sebelumnya melalui media sosial dan Chat Group komunitas masing-masing. Kerja sosial yang efektif dan efisien, lebih cepat dari pemerintah atau NGO dengan dana besar dan birokrasi menjelimet.

Video ini adalah sebuah inisiatif ide, dimana saya berharap bahwas setiap individu-keluarga-teman-komunitas bisa mengaplikasikannya dan dengan bebas memodifikasi sistem ini sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dalam tulisan ini saya akan memaparkan bagaimana sistem ini saya pakai dan saya modifikasi sendiri, serta efeknya dalam waktu kurang dari tiga minggu.

Patron

Saya mendapatkan Patron dengan bertanya secara personal ke kawan-kawan yang seperti saya: orang-orang sehat, dan berpenghasilan (tidak perlu lebih, tapi bisa untuk membiayai orang lain), dan mereka sedang tidak sibuk untuk mengurus keluarganya sendiri. Budget dasar yang saya minta ke mereka adalah 200 ribu/bulan untuk paket satu pasien ISOMAN. Dalam paket dasar itu saya mencarikan multivitamin, paracetamol, masker, dan minyak kayu putih. Selain itu saya juga mencari barang-barang langka yang bisa dengan mudah dikirimkan seperti oxycan, obat batuk berkualitas, dan hand sanitizer. Barang-barang ini khususnya ditujukan untuk kaum miskin kota dan orang-orang di luar jakarta yang sulit mendapatkan akses.

Patron banyak saya dapatkan di WA group. Saya mendapatkan patron non uang (obat-obatan, oksigen, plasma) dari WA group kampus dan WA group SMA. Patron uang biasanya dari WA group keluarga atau akademisi S2 atau S3–yang sedang kuliah di Amerika dan di Eropa. Berkat para patron ini, dalam waktu tiga minggu saya berhasil mendapatkan sumbangan senilai 25 juta (dalam bentuk uang dan barang).

Referal dan Pasien

Saya adalah seorang patron/referal, karena pada awalnya sumbangan berasal dari uang saya sendiri. Lalu saya mencari referal-referal dari grup-grup WA, dari grup WA keluarga sampai grup WA SMP, SMA, dan Universitas saya. Dari WA grup saya juga mendapatkan patron-patron baru. Hampir tidak mungkin mendapatkan pasien secara langsung tanpa referal, karena biasanya pasien tidak sanggup untuk pegang HP lama-lama dalam kondisi mereka.

Referal saya bertingkat-tingkat. Referal pertama saya ada di luar Jakarta, Mas Ateng di Muntilan. Lalu di Jakarta ada kawan SMA saya, seorang penulis sastra Betawi, Fadjriah. Dari IG saya mendapatkan Rukita di Pamulang. Dari grup Kritikus Film Indonesia saya mendapatkan mbak Nova di Klaten. Dari grup Antropologi Indonesia saya mendapatkan mbak Fadila di Sukabumi. Dari grup keluarga saya mendapatkan Erika di Sambolo, Patron saya juga ada yang menjadi referral.

Kami mengirimkan paket obat dan oxycan untuk pasien manula yang sudah sulit bernafas di kampung Sambolo.

Membuat struktur Kerja

Setelah tiga minggu saya mulai merasa perlu bantuan karena polanya sudah jelas. Maka saya meminta bantuan Yana, salah satu patron/referal, dan Alyssa, seorang sahabat saya untuk membantu mengatur flow uang, orang dan barang supaya bantuan bisa diproses lebih cepat.

Struktur yang saya bangun sangat sederhana:

Saya memegang bagian funding dan belanja (karena kebanyakan patron dan pasien berasal dari jaringan saya.) Selain itu saya kenal beberapa patron yang tidak menyumbang uang, tetapi barang. Ada pengelola Pabrik Obat di Bandung, distributor Oxycan di Jakarta, dan beberapa pedagang yang rela tidak ambil untung supaya orang lain bisa ISOMAN. Kebanyakan barang yang saya tidak kenal supliernya, saya beli di Tokopedia dengan filter power merchant dan rekam jejak toko yang jelas–tidak hanya murah.

Sementara itu Yana, yang awalnya adalah patron, kini memegang bagian logistik—semua barang yang biasa saya kirim, saya tempatkan di rumah Yana karena saya sendiri tidak punya tempat yang cukup untuk menampung barang yang semakin banyak. Kini setiap belanja juga saya kirim ke rumahnya.

Alyssa ada di bagian Admin yang bertugas mencatat pasien dan patron, mencatat pemasukan uang dan pengeluaran uang, serta mensupervisi barang yang masuk dan keluar.

Kami bertiga berbagi sebuah file google sheet di drive, jadi kami bisa saling mengawasi satu sama lain. Ini juga untuk memastikan data kami lengkap ketika laporan pertanggungjawaban kami buat dalam waktu 3 bulan.

Dan kami bekerja dengan sistem Batch, atau antrian pengiriman supaya kami tidak overwork/overload. Karena masing-masing kami masih punya pekerjaan untuk menghidupi diri dan keluarga.

Sejauh ini, kami telah membantu lebih dari 35 pasien, dan terus bertambah hari ke hari.

Kami sangat berharap bahwa sistem ini bisa diadaptasi oleh lebih banyak orang, sehingga bantuan bisa terus berjalan. Kita harus punya kepercayaan satu sama lain, dan kita harus mengecek, supaya tidak ada barang yang terkirim sia-sia. Referal kita harus kuat, sehat, dan teliti.

Ini adalah paket khusus yang dikirimkan ke kampung Sambolo di Anyer, berisi obat-obatan dan oxycan.

Kemungkinan Modifikasi

Setiap orang yang ingin memodifikasi sistem Patron-Pasien ini bisa melakukannya, dan semua tergantung dengan jaringan sosial yang dimiliki seseorang. Apa yang saya tuliskan di atas adalah sebuah sistem dengan jaringan sosial saya.

Sementara itu, kawan-kawan saya membuat sistem yang lebih kompleks dan lebih advanced berdasarkan sistem saya. Salah satu ikatan alumni sebuah universitas berusaha membuat tim referal sebagai berikut:

Satu tim referal terdiri dari: Dokter, Perawat. Admin, dan Farmasi. 4 orang ini akan dicarikan 10 pasien yang butuh dipantau. Pasien yang dicari adalah alumni atau anggota keluarga alumni kampus tersebut.

Dalam struktur semacam universitas dengan jaringan besar seperti alumni fakultas-fakultas kedokteran, keperawatan, dan farmasi, sistem ini sangat dimungkinkan. Dan referal serta jaringan pasien dijaga ekslusif, di lingkaran alumni sendiri.

Sementara itu sebuah jaringan ruang perkantoran, berencana memaksimalkan jaringan yang sudah mereka punya antar kantor di seluruh indonesia, untuk membuat patron-referal-pasien. Semua anggota jaringan kantor itu akan saling membantu untuk mencarikan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk para anggota mereka.

Saya harap ini cukup untuk memulai api-api semangat pergerakan rakyat.

Sebagai penutup saya ingin mengucapkan terima kasih untuk para patron dan referal yang membantu saya sejauh ini.

Saya ingin menuliskan nama kalian di sini, tapi saya takut tidak sopan, karena saya kenal beberapa dari kalian yang tidak ingin disebutkan namanya karena kalian adalah pahlawan yang tidak kenal pamrih. Saya akan memberikan laporan pada kalian dalam bulan ketiga ketika sistem ini dijalankan—saya harap di bulan ketiga itu, kita tidak perlu lagi mengumpulkan sumbangan karena krisis sudah selesai dan Mondi Crisis Center bisa ditutup kembali.

Terima kasih.

Nosa Normanda
Head of Program,
MondiBlanc Film Workshop
Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here